Posted by : Bintang Senja Senin, 22 Desember 2014






Indonesia merupakan negara yang mempunyai garis pantai terbesar dengan nilai 81.000 Km atau wilayah pantai 5,8 juta Km² berdasarkan data stasistik nasional Indonesia terkenal dengan keindahan bahari dan perlindungan konservasi bahari, salah satunya adalah hutan mangrove. Tanaman mangrove adalah tanaman yang dapat tahan terhadap air payau dan air laut. Kehidupannya tanaman mangrove mempunyai banyak manfaat, diantaranya adalah kehidupan fauna yang berada pada ekosistem mangrove.
Tanaman mangrove mempunyai fungsi penting, yaitu mencegah abrasi air laut, remidiasi limbah cair, dan gelombang pantai. Menurut (Spalding et al. 2001) dalam Herny Purnobasuki (2011) mangrove Indonesia mempunyai 45 spesies dan beberapa mangrove mempunyai peranan penting terutama manfaat ekologi, dan beberapa dijadikan pangan dan obat. Garis pantai Indonesia yang besar, maka pertumbuhan tanaman mangrove ini juga besar. Menurut (Ahmad Dwisetiawan, dan Kusomo Winarno. 2011) menyatakan bahwa mangrove Indonesia sangat terluas, hal ini dilihat dari pertumbuhannya pada lahan pasang-surut, dan beberapa garis pantai di Indonesia. Akan tetapi, perawatan dan pemeliharaan mangrove mempunyai banyak kendala terutama SDM (sumber daya manusia) yang belum mengerti manfaat dari tanaman mangrove dan potensi yang dihasilkan.
Apabila potensi yang dihasilkan terutama dapat menyeimbangkan faktor abiotik dan faktor biotik secara ekologi maka mangrove bisa mencapai pertumbuhan ekonomi Nasional. Menurut (Dewanti et al. 1990) dalam Mudian Paena dan Asbar (2001) mangrove secara ekologis mempengaruhi keseimbangan ekosistem kawasan pesisir pantai dan mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Secara ekonomis, mangrove mempunyai potensi adalah sebagai berikut. (1) tempat hidup yang cocok bagi berbagai jenis ikan, udang, maupun kepiting; (2) potensial untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian, pertambakan, dan penggaraman; (3) dapat dikembangkan menjadi daerah wisata (eco-tourism). Jadi kalau melihat poin ke-2 potensial untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian bisa dikatakan dapat mempergunakan agroekosistem untuk memanfaatkan potensial yang ada, terutama mengembangkan agroekosistem.
Agroekosistem ini sangat dibutuhkan terutama untuk merealisasikan ekologi dan manfaat yangdiperolehnya. Menurut (R Soedrajad, 2011) agar agroekosistem dapat tercapai ada 4 tahap yang perlu diketahui, diantaranya. (1) Sesuai dengan daya dukung agroekosistem; (2) Dapat berproduksi secara konstan dari waktu ke waktu; (3) Dapat berproduksi secara terus-menerus tanpa menurunkan daya dukung dari agroekosistem; dan (4) Dapat menyeimbangkan antara kebutuhan, lingkungan, sosial, budaya, ekonomi. Pantai lontar merupakan pantai yang tereletak di Desa Pontang, Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang yang garis pantai 16.526.2537 Ha (Bapedal-KLH.2002). dengan potensial yang besar, ternyata tidak dilakukan sebuah perawatan dan pemeliharaan terhadap tanaman mangrove, yang mengakibatkan berkurangnya populasi tanaman mangrove pada daerah tersebut.


PENGEMBANGAN AGROEKOSISTEM MANGROVE DI PANTAI LONTAR
Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di alam tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau (Santoso, 2000).
Pengembangan agroekosisitem mangrove di Indonesia keberadaanya sangat dibutuhkan, dalam hal ini mangrove yang keberadaannya di pesisir pantai Indonesia sangat banyak, tetapi tingkat kerusakan mangrove sangat parah dan cendrung tidak terawat dengan karena beberapa faktor, salah satu yang diakibatkan dari aktivitas manusia yang merusak ekosistem perairan Indonesia dalam hal perusakan hutang mangrove. Kerusakan pesisir pantai yang dialami oleh pantai lontar serang Banten adalah bukti nyata, yang kondisi saat ini sangat memprihantinkan dikarenakan rusaknya ekosisitem bibir pantai dirusak oleh penambang pasir di pantai lontar, sesuai dengan hal ini pula mangrove yang ditanam ada sebagian yang mati dan rusak oleh ulah manusia itu sendiri adapun dampak yang di akibatkan dari rusaknya mangrove itu sendiri akan berdampak terhadap keamanan manusia dan pembangunan kawasan pesisir dari bahaya bencana pesisir seperti erosi, banjir, gelombang badai dan tinggi. Jika tidak di tanggulangi secara serius dapat dibayangkan dampak luas dari tidak adanya mangrove di pesisir pantai. Sesuai dengan hal ini kebutuhan mangrove di pesisir pantai pontang sangatlah di butuhkan keberadaanya, karena garis pantai atau bibir pantai lontar sudah habis akibat abrasi air laut dan keberadaan penambang juga memperburuk keadaan kerusakan ekosistem pantai lontar.

PENANGGULANGAN KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI PANTAI LONTAR DENGAN KONSEP EDUKOSTEL
Mangrove merupakan tumbuhan yang tumbuh di periran yang mempertemukan antara arus sungai yang bermuara ke laut, dan juga tumbuh di perairan laut yang laut merupakan perairan yang memiliki kadar garam yang tinggi, tumbuhan mangrove merupakan tumbuhan yang pertumbuhan sangat lama untuk menjadi besar dibutuhkan sebesar 5-6 Tahun. Adapun fungsi dari mangrove itu sendiri secara fisik hutan mangrove menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya erosi laut serta sebagai perangkap zat-zat pencemar dan limbah, mempercepat perluasan lahan, melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan dan gelombang dan angin kencang; mencegah intrusi garam (salt intrution) ke arah darat; mengolah limbah organik, dan sebagainya. Hutan mangrove mampu meredam energi arus gelombang laut, seperti tergambar dari hasil penelitian Pratikto et al. (2002) dan Instiyanto et al. (2003).
Pratikto et al. (2002) melaporkan bahwa di Teluk Grajagan – Banyuwangi yang memiliki tinggi gelombang tersebut sebesar 1,09 m, dan energi gelombang sebesar 1493,33 Joule, maka ekosistem mangrove di daerah tersebut mampu mereduksi energy gelombang sampai 60%, sehingga keberadaan hutan mangrove dapat memperkecil gelombang tsunami yang menyerang daerah pantai.
 Konsep edukostel hadir dengan memberdayakan pemuda dan tokoh masyarakat, dalam edukasi konservasi ekosistem hutan mangrove. Pemerintah, dan pihak-pihak lain mengadakan sebuah pelatihan yang diikuti oleh pemuda dan tokoh masyarakat dalam jangka waktu yang telah ditentukan, dalam pelatihan tersebut seorang pelatih memberi materi tentang manfaat pelestarian ekosistem hutan mangrove, teknik budidaya, serta memberi solusi pemecahan masalah secara ilmiah di bidang lingkungan secara berkelanjutan. Dalam pelatihan tersebut dilatih untuk memahami permasalahan lingkungan sekitar ekosistem mangrove kemudian dibimbing untuk mendiskusikan proses-proses langkah solutif dalam menangani permasalahan ekosistem. Masyarakat diminta untuk menyiapkan bibit unggul mangrove yang akan dibudidayakan dalam persiapan pelestarian hutan mangrove dimasa mendatang. Dalam jangka waktu berkala, tokoh masyarakat setempat melakukan proses monitoring untuk mengetahui perkembangan ekosistem mangrove yang sedang dilestarikan. Monitoring tersebut bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan proses pelestarian ekosistem mangrove agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Harapan setelah selesai mengikuti pelatihan tersebut, peserta latihan yang terdiri dari pemuda dan tokoh masyarakat memiliki paradigma yang benar tentang pentingnya ekosistem hutan mangrove dengan fungsinya yang beragam. Jika pelaksanaan pelatihan telah selesai dan peserta dirasa sudah memahami dan memiliki kapabilitas dalam merehabilitasi dan menjaga ekosistem hutan mangrove, maka peserta tersebut akan memberikan sebuah keteladanan dalam tindakan nyata untuk merehabilitasi dan menjaga kelestarian ekosistem hutan mangrove kepada masyarakat disekitarnya, setelah itu masyarakat sekitar akan terdorong beserta para peserta dalam upaya merehabilitasi dan menjaga kelestarian ekosistem hutan mangrove.

DAFTAR PUSTAKA
Budi, Setyawan Wahyu.2010. Ilmu Kelautan.Pengamatan Terhadap Mangrove
yang Ditaman di Pesisir Utara Pulau Jawa Bagian Barat. Edisi 15 (2):91 - 102. Djamal Irwan, Zoer’aini. 2007. Prinsip-prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan
dan Pelestariannya. Jakarta : PT Bumi Aksara. Dwi Setyawan, Ahmad., Winarno, Kusumo.2006. Biodiversitas.Pemanfaatan
Langsung Ekosistem Mangrove di Jawa Tengah dan Penggunaan Lahan di
Sekitarnya; Kerusakan dan Upaya Restorasi. Edisi 7: 282-291. Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta : PT Bumi Aksara. Mitchell, Bruce, B.Setiawan, dan Hadi Rahmi, Dwita. 2007. Pengelolaan Sumber
daya dan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Mulyadi, Edi, Hendriyanto, Okik, Fitriani, Nur. 2008.Jurnal Ilmiah Teknik
Lingkungan.Konservasi Hutan Mangrove Sebagai Ekowisata.Edisi 01:51 - 58. Paena, Mudian, Asbar. 2001. Sains Akuatik. Valuasi Nilai Manfaat Ekonomi
Ekosistem Mangrove Swadaya Masyarakat Di Wilayah Pesisir Desa
Tongke-Tongke Kabupaten Sinjai Sulewesi Selatan. Edisi: 10:28-35

{ 1 komentar... read them below or add one }

  1. Bila Anda ingin bahagia, buatlah tujuan yang bisa mengendalikan pikiran, melepaskan tenaga, serta mengilhami harapan Anda, Obat Bisul Di Dalam Telinga

    BalasHapus

- Copyright © Kanvas Alfabet - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -